Sekelompok arkeolog menjelajahi gua-gua di sebuah lembah tersembunyi di kawasan pegunungan sekitar tiga puluh kilometer di timur laut kota Makassar. Mereka terhenti ketika memasuki salah satunya. Di dinding gua nampak cadas yang dijadikan sebagai “kanvas” untuk melukis. Efek perubahan iklim rupanya terlihat disini. Pelapukan batu cukup agresif merusak sebagian besar lukisan, namun masih menyisakan gambar sosok seekor babi kutil. Hewan yang tidak asing bagi masyarakat Sulawesi. Di belakang gambar babi ada siluet dua tangan manusia. Seperti ada simbol yang ingin dikomunikasikan. Simbol yang mirip seperti stensil tangan di Gua Gargas, Perancis yang berasal dari periode Paleolitikum. Mungkin keduanya sama tuanya. Di kemudian hari, para ahli menetapkan usia lukisan babi kutil tersebut sekitar 45.500 tahun. Ini menjadikannya seni cadas figuratif tertua di dunia.

Gambar 1

Lukisan purba tertua di dunia berusia 45.500 tahun yang ditemukan di Gua Leang Tedongnge, Sulawesi Selatan, Indonesia — sebagian besar gambar cadas ini sudah rusak akibat perubahan iklim hanya menyisakan figur babi kutil dan telapak tangan di sebelah kiri bawah.

The 45,500-year-old Sulawesi warty pig figure in the rock art panel at Leang Tedongnge cave, Sulawesi, Indonesia.

Note. From Lukisan cadas di Leang Tedongnge [Photograph], by Basran Burhan, 2017, Dropbox. CC BY-SA 4.0.

Barangkali simbol lebih dulu ada sebelum bahasa. Sejauh ini komunikasi yang terekam paling awal di dunia adalah simbol-simbol atau gambar-gambar yang ditemukan pada lukisan gua purbakala.

Meski belum jelas cerita apa yang ingin disampaikan oleh lukisan-lukisan gua tersebut, tafsiran yang paling rasional jika dikaitkan dengan naluri manusia purba untuk bertahan hidup adalah mereka melukisnya sebagai semacam wayfinding (misalnya di mana tempat yang aman, di mana tempat untuk berburu, hewan apa yang aman dimakan, hewan apa yang harus dijauhi). Sama halnya dengan kita yang hidup di jaman modern, naluri kita masih mengandalkan simbol-simbol atau icon untuk menemukan tempat jual makanan, mencari fasilitas publik, dan mencari arah ketika berada di lorong-lorong supermarket, bandara, atau tempat-tempat umum lainnya.

DARI HIEROGLIF KE ISOTYPE

Simbol-simbol kuno ditemukan secara lengkap dan sistematis di dalam hieroglif, yaitu sistem penulisan orang Mesir Kuno yang berasal dari tahun 3.200 SM. Hieroglif terdiri dari piktograf (misalnya pria, wanita), ideograf (misalnya lingkaran, cahaya, waktu), dan simbol fonetik (yaitu alfabet).

Gambar 2

Perbedaan gambar, piktograf, ideograf, dan fonetic.

Terinspirasi oleh hieroglif Mesir, komunikasi piktografik mulai dipelajari secara ilmiah pertama kali oleh Otto Neurath pada tahun 1920-an. Otto Neurath adalah seorang akademisi asal Austria. Dia berpikir dunia perlu bahasa visual yang bisa dipahami semua orang termasuk anak-anak, tanpa harus menggantikan setiap bahasa yang sudah ada di seluruh dunia. Neurath dan timnya kemudian memperkenalkan ISOTYPE (International System of Typographic Picture Education) pada tahun 1935. ISOTYPE merupakan suatu bahasa visual yang menggunakan piktograf sebagai pengganti tulisan. Awalnya ISOTYPE dipakai untuk pendidikan anak-anak, tetapi lama-lama ISOTYPE juga digunakan untuk desain logo dan infografik.

Gambar 3

Contoh piktograf “man” dalam halaman buku International picture language (ISOTYPE) dan aplikasinya dalam sebuah infografis.

Neurath's ISOTYPE (International Picture Language) Man and Group from 1936 and their use on the infographic for the number of Men living in Europe

Note. From International picture language (pp. 25, 31), by O. Neurath, 1936, London: Kegan Paul, Trench, Trubner & Co.

Simbol-simbol informasi publik (public information symbols) pada rambu-rambu sarana/fasilitas umum yang sering kita temui saat ini adalah salah satu warisan ISOTYPE. Rambu-rambu ini biasanya dipasang di tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh banyak orang, seperti pusat perbelanjaan, bandara, terminal, stasiun, tempat wisata, termasuk tempat kerja sebagai bagian dari manajemen visual di tempat kerja.

Gambar 4

Simbol-simbol informasi publik dalam sistem wayfinding di Bandara Soekarno-Hatta.

Note. From CGK Jakarta International Airport [Photograph], by Prayitno, 2023, Flickr. CC BY 2.0.

STANDARDISASI SIMBOL INFORMASI PUBLIK

Fourth of July di Amerika Serikat, seperti halnya “tujuh belasan” di Indonesia, selalu meriah setiap tahunnya. Namun ada beberapa tahun yang istimewa, salah satunya tahun 1976, ini menandai peringatan dua abad (bicentennial) kemerdekaan Amerika Serikat. Semua alat negara dikerahkan jauh-jauh hari untuk perayaan besar ini, termasuk U.S. Department of Transportation (DOT) yang bertugas dalam tata kelola sistem transportasi.

DOT menghubungi AIGA (American Institute of Graphic Arts) untuk membuat simbol-simbol informasi publik yang akan digunakan untuk membantu mengendalikan banyaknya pengunjung yang datang ke perayaan bicentennial ini. Mereka meninjau kembali simbol-simbol yang sudah digunakan di seluruh dunia. Pada masa itu, di kota-kota tuan rumah Olimpiade, simbol sudah umum digunakan untuk menyampaikan beragam pesan kepada wisatawan asing. AIGA menghasilkan 34 piktogram yang didokumentasikan dalam laporan berjudul Symbol signs: The development of passenger/pedestrian oriented symbols for use in transportation-related facilities pada akhir tahun 1974. Sampai tahun 1979, jumlahnya berkembang menjadi 50-an piktogram seperti yang terlihat dalam Gambar 5 di bawah ini.

Gambar 5

Piktogram DOT-AIGA untuk simbol-simbol informasi publik (public information symbols)

DOT Pictogram for public information symbols: telephone, mail, first aid, information, helvetica man, toilet, escalator (up), nursery, ground transportation, etc.

Note. From Public information signs for US: public services, concessions, processing activities, regulations [Graphic], by Versatiline Studio, n.d., Shutterstock.

Piktogram DOT dianggap desain klasik modern yang timeless dan dapat diterima di banyak negara, setidaknya di Indonesia (perhatikan papan petunjuk di Bandara Soekarno-Hatta pada Gambar 4 sebelumnya). Namun, beberapa simbol belum cukup universal dan inklusif, seperti simbol bus tampak depan yang khas Amerika yang mungkin di negara lain akan memiliki interpretasi yang berbeda. Piktogram loket tiket juga mungkin akan memicu isu kesetaraan gender: perempuan menjual tiket kepada laki-laki. Padahal simbol laki-laki, yang juga simbol gender netral (laki-laki/perempuan), dapat digunakan sebagai gantinya.

Standardisasi internasional adalah sebuah pilihan untuk meminimalisir perbedaan interpretasi tersebut. Bulan Oktober 1980, ISO menerbitkan ISO 7001: standar internasional yang memuat simbol-simbol grafis untuk keperluan informasi publik di semua lokasi dan semua sektor, tetapi tidak termasuk rambu-rambu K3 (safety sign) dan sektor lalu-lintas. Saat ISO mengembangkan simbol-simbol ini, mereka memberikan parameter ketat untuk ukuran, ketebalan garis, dan bentuk setiap elemen. Tidak ada ketentuan untuk warna simbol maupun warna piktogram, namun harus dipastikan kontras antara simbol dan latarnya serta menghindari warna yang dipakai dalam ISO 3864-1 (warna rambu K3). Piktogram ISO 7001 dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6

Piktogram ISO 7001 untuk simbol-simbol informasi publik (public information symbols)

ISO 7001 pictograms for public information symbols: accessibility, public facilities, transport facilities, behaviour of the public, commercial facilities, tourism, cultural and heritage, sporting activities

Note. From Public information signs for international [Graphic], by Versatiline Studio, n.d., Shutterstock.

Meskipun standar internasional untuk simbol informasi publik sudah ada, sistem penafsiran kemungkinan akan bergeser antar negara dan budaya. Dalam catatan Mukadimah ISO 7001, ISO menyadari kemungkinan ada situasi di mana simbol harus dimodifikasi karena karakteristik unik suatu bangsa dan kebutuhan budaya, sepanjang tidak merubah unsur utama dan gagasan desain simbol standar tersebut.

Beberapa negara yang mengadopsi ISO 7001, tetapi memodifikasi desain simbolnya antara lain Denmark (DS 2301-1), Tiongkok (GB/T10001), dan Jepang (JIS Z 8210). Sebagai contoh, standar JIS Z 8210 tampaknya memodifikasi simbol-simbol ISO 7001 dan Piktogram DOT serta menambahkan simbol-simbol grafis unik yang menonjolkan ciri khas lokal (lihat Gambar 7). Desain simbol-simbol tambahan terlihat konsisten dengan standar yang diadopsinya dan mudah dipahami secara internasional, setidaknya oleh saya yang orang Indonesia.

Gambar 7

Piktogram JIS Z 8210 untuk simbol-simbol informasi publik (public information symbols)

JIS Z 8210 pictograms for public information symbols: public facilities, transport facilities, commercial facilities, tourism, culture, sport facilities, safety, prohibition, warning, mandatory, accessibility

Note. From Public information signs for Japan [Graphic], by Versatiline Studio, n.d., Shutterstock.

One thought on “ Simbol-Simbol di Tempat Kerja (4) – Public Information Sign ”

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.